BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 15 November 2015

BAHASA SEBAGAI UNSUR BUDAYA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Salah satu unsur budaya menurut Koentjaraningrat adalah bahasa. Bahasa atau sistem perlambangan manusia yang lisan maupun tulisan adalah alat untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Setiap suku bangsa memiliki ciri-ciri yang bervariasi dalam penggunaan bahasa yang diucapkan. Seorang antropolog dalam mendeskripsikan bahasa suatu suku bangsa tentu berbeda dengan yang dilakukan oleh seorang ahli bahasa khusus. Terutama mengenai susunan sistem fonetik, fonologi, sintaksis, dan semantik yang akan menghasilkan suatu buku khusus, yaitu suatu buku tata bahasa tentang bahasa yang bersangkutan. Semua itu adalah kajian yang mendalam dari seorang ahli bahasa khusus.
Maka kajian yang dilakukan seorang antroplog adalah berusaha mengumpulkan data tentang ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tertentu, luas batas penyebarannya, variasi geografi, dan variasi menurut lapisan sosialnya. Menentukan batas penyebaran suatu bahasa memang tidak mudah, dan hal ini disebabkan karena di daerah perbatasan antara daerah tempat tinggal dua suku bangsa, hubungan antara individu warga masing-masing suku bangsa tadi sering kali sangat intensif sehingga ada proses saling pengaruh mempengaruhi antara unsur-unsur bahasa dari kedua belah pihak.
Selain itu, sangat diperlukan mencari hubungan antara unsur-unsur bahasa dengan berbagai wujud budaya. Wujud budaya terdiri dari wujud gagasan atau ide, wujud prilaku atau tindakan berpola, dan wujud benda-benda hasil buatan manusia. Dalam hal ini hubungan tersebut juga yang akan mempengaruhi perubahan budaya yang terjadi di suatu masyarakat. Oleh sebab itu, kajian tentang hubungan antara unsur-unsur budaya, wujud budaya dan perubahan budaya akan sangat membantu seorang antropolog untuk menelusuri berbagai fenomena yang terjadi pada manusia.
1.2    RUMUSAN MASALAH
1)      Apa yang dimaksud unsur-unsur budaya dan bahasa?
2)      Bagaimana hubungan antara bahasa dengan wujud budaya?
3)      Bagaimana hubungan antara bahasa dengan perubahan budaya?

1.3    TUJUAN PENULISAN
1)      Dapat mengetahui definisi unsur-unsur budaya dan bahasa.
2)      Dapat mengetahui hubungan antara bahasa dengan wujud budaya.
3)      Dapat mengetahui hubungan antara bahasa dengan perubahan budaya.

1.4    MANFAAT PENULISAN
Sebagai pengembangan ilmu dalam mata kuliah dasar-dasar antropologi dan dapat menjadi rujukan untuk penyusunan makalah selanjutnya yang berhubungan dengan kajian ini.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Unsur Budaya Dan Bahasa
2.1.1 Pengertian Bahasa
      Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan komunikasi untuk dapat berinteraksi. Bahasa adalah salah satunya, bahasa sebagai alat komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat menyatukan berbagai ide atau gagasan.
     Dapat menjumpai berbagai rumusan mengenai hakikat bahasa. Rumusan-rumusan tersebut menimbulkan beberapa ciri dari bahasa, antara lain, bahwa bahasa itu adalah sebuah sistem lambang,  berupa bunyi, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.  Menurut KBBI, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang aribtrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
     Sedangkan menurut Abdul Chaer dan Leonie Agustina didalam bukunya yang berjudul Sosiolinguistik dikatakan bahwa, bahasa adalah sebuah system yang artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
2.1.2 Pengertian Unsur Budaya
     Kroeber dan Kluckhom mengelompokkan definisi mengenai kebudayaan menjadi enam golongan menurut sifat definisi diantaranya yaitu:
1.      Definisi yang deskriptif, yakni definisi yang menekankan pada unsur-unsur kebudayaan
2.      Definisi yang historis, yakni definisi yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyarakatan.
3.      Definisi normatif, yakni definisi yang menekankan hakikat kebudayaan sebagai aturan hidup dan tingkah laku.
4.      Definisi yang psikologis, yakni definisi yang menekankan pada kegunaan kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup.
5.      Definisi yang struktural, yakni definisi yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem yang berpola dan teratur
6.      Definisi yang genetic, yakni definisi yang menekankan pada terjadinya kebudayaan sebagai hasil manusia
Menurut koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia. Ketujuh unsur tersebut, bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian sistem religi, kesenian.
2.2    Hubungan Bahasa Dengan Wujud Budaya
Bahasa sebagai salah satu unsur budaya tentunya memiliki hubungan dengan wujud budaya. Menurut Koentjaraningrat (2009: 150), kebudayaan memiliki tiga wujud, antara lain:
1.      Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan, dan sebagainya.
2.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.      Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
2.2.1    Bahasa dalam Wujud Gagasan atau Ide
Setiap masyarakat pasti mempunyai kebudayaan, dan pasti pula mempunyai bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Bahasa sebagai alat komunikasi antar individu. Dalam interaksinya itu bahasa sangat memegang peranan penting dalam perkembangan kebudayaan.
Telah diketahui bahwa bahasa merupakan salah satu aspek kebudayaan. Kedudukan bahasa itu sangat penting sebab dengan bahasa inilah kebudayaan disampaikan oleh generasi ke generasi. Misalnya adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia berkembang dari bahasa melayu yang timbulnya berlangsung perlahan-lahan, secara terus menerus. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia beraneka ragam, sesuai dengan bahasa daerahnya sendiri. Bahasa Indonesia sebagai hasil kebudayaan selalu mengalami perubahan, dan selalu mendapat pengaruh dari bahasa daerah tadi.
Secara praktis pengertian bahasa dalam kehidupan masyarakat tidak hanya berupa rangkaian kata-kata, susunan kalimat, tata bahasa, melainkan mencakup pula ungkapan, konsep pribadi, nilai, pembakuan dan norma yang hidup dalam masyarakat bersangkutan. Pelaksanaan pendidikan, penerangan, dan penyuluhan berlangsung melalui media bahasa. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam berbudaya. Dengan bahasa maka sekelompok masyarakat dapat berkomunikasi dengan kelompok masyarakat lain. Selain itu bahasa dapat pula dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan kebudayaan. Bahasa dapat juga dijadikan identitas dari sekelompok masyarakat (negara). Ke dalam bahasa ini masuk pula seni sastra, seni drama sebagai realisasi bahasa sebagai salah satu asfek kebudayaan.
Dalam kehidupan di masyarakat, bahasa menjadi media utama terjadinya asimilasi dan difusi unsur-unsur kebudayaan akibat kemampuan dan keampuhan bahasa, interaksi sosial bertambah lancar dan luas.
Telah disadari bahwa bahasa itu ciri suatu bangsa. Ungkapan itu memiliki atau merupakan konsep yang sangat luas. Artinya tidak hanya mengungkapkan bahwa tiap bangsa memiliki bahasanya masing-masing melainkan juga mengungkapkan kualitas individu dan intelektual dari bahasa yang bersangkutan. Bahasa selain sebagai alat kemajuan bangsa juga mencerminkan kemajuan masyarakat.
Faktor bahasa harus difahami benar-benar, terutama bahasa dalam masyarakat. Untuk dapat berintegrasi dalam masyarakat, diharuskan menguasai bahasa masyarakat yang bersangkuatan. Dengan kata lain, bahasa yang menjadi media komunikasi dan informasi dapat digunakan untuk mencapai tujuan, mengembangkan, dan memajukan masyarakat dengan lingkungannya.
Bahasa dapat dijadikan kunci dalam segala bidang, baik ilmu pengetahuan, kebudayaan, ataupun kemasyarakatan. Dengan adanya bahasa itu manusia dapat berfikir ke hal-hal yang lebih maju demi meningkatkan dan mempertahankan diri dalam kehidupannya.
Dari uraian diatas kiranya telah jelas bahwa kebudayaan tidak mungkin terwujud dan berkembang tanpa adanya bahasa. Tanpa bahasa manusia akan mengalami kesulitan besar untuk bekerjasama dengan sesamanya. Pada masyarakat Indonesia maupun masyarakat majemuk lainnya, dikenal adanya ragam bahasa disamping adanya bahasa nasional. Setiap bahasa daerah merupakan pencerminan dari kebudayaan dan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan. Di dalam proses berbagai kalanganpun  timbul bahasa-bahasa khusus yang sesuai dengan kalangan kalangan itu (Suhendar & Supinah, 1993: 41-43).
2.2.2    Bahasa dalam Wujud Prilaku atau Tindakan
Wujud bahasa dalam perilaku erat kaitannya dengan bahasa sebagai alat komunkasi yang digunakan untuk berinteraksi, bekerja sama dan mengidentifikasikan diri dalam suatu masyarakat. Adapun wujud bahasa dalam prilaku diantaranya meliputi:
1.      Sebagai alat komunikasi
Sebagai alat komunikasi bahasa dapat menyatukan seseorang dengan orang lain, seseorang dengan masyarakat, dan menyatukan masyarakat dengan masyarakat lain.hubungan baik seseorang dengan orang lain dapat terbina dengan menggunakan bahasa yang baik pula. Tidak sedikit banyak orang berselisih paham gara-gara mengunakan bahasa yang kurang baik. Dengan demikian, dalam berkomunikasi dengan sesama atau dengan masyarakat kita harus menempatkan bahasa yang baik dan benar.
2.      Sebagai bentuk informasi
Sebagai informasi adalah fungsi bahasa untuk memberitahukan atau menginformasikan berita atau sesuatu dari seseorang kepada orang lain, seseorang klepada masyarakat bahkan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Berita, pengumuman, petunjuk pernyataan lisan ataupun tulisan melalui media massa ataupun elektronik merupakan wujud fungsi bahasa sebagai informasi.
3.      Sebagai bentuk ekspresi
Sebagai ekspresi bahasa merupakan alat untuk menyampaikan ide-ide,  gagasan,  perasaan, dan emosi seseorang. Bahasa sebagai alat mengekpresikan diri ini dapat menjadi media untuk menyatakan eksistensi (keberadaan) diri, membebaskan diri dari tekanan emosi, dan untuk menarik perhatian orang lain.
4.      Sebagai bentuk adaptasi dan integrasi
Dalam bentuk adaptasi dan integrasi ini bahasa berfungsi untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan masyarakat. Melalui bahasa seorang anggota masyarakat dapat belajar adat istiadat,kebudayaan, pola hidup, prilaku, dan etika masyarakatnya. Mereka menyesuaikan diri dengan semua ketentuan yang berlaku dalam masyarakat melalui bahasa.  Kalau seseorang mudah beradaptasi dengan masyarakat di sekelilingnya, ia akan mudah membaurkan (integrasi) diri dengan kehidupan masyarakat tersebut. Dengan bahasa manusia dapat saling bertukar pengalaman dan menjadi bagian dari pengalaman itu. Mereka memanfaatkan pengalaman itu untuk kehidupannya. Dengan demikian mereka merasa saling terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya. Bahasa menjadi alat integrasi (pembauran) bagi tiap manusia dengan maasyarakatnya.
5.      Sebagai bentuk kontrol sosial
Sebagai kontrol sosial adalah fungsi bahasa untuk mempengaruhi sikap dan meyakinkan orang lain. Apabila fungsi ini berlaku dengan baik maka semua kegiatan sosial akan berlangsung dengan baik pula. Sebagai contoh pendapat seorang tokoh masyarakat akan didengar dan ditanggapi dengan tepat apabila ia dapat menggunakan bahsa yang komunikatif dan persuasif. Kegagalannya dalam mennggunakan bahasa akan menghambat pula usahanya dalam mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Dengan bahasa seseorang dapat mengembangkan keperibadian dan nilai-nilai sosial pada tingkat yang lebih berkualitas. 
2.2.3    Bahasa dalam Wujud Benda-Benda atau Artefak.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang menyukai simbol atau lambang yang dimaksudkan untuk menyatakan suatu hal tertentu atau mengandung makna tertentu yang sering disebut dengan Homo simbolikum.
Sedangkan pengertian Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Sedangkan simbol pengertiannya adalah suatu seperti tanda atau lambang (lukisan, lencana, dan sebagainya) yang menyatakan suatu hal tertentu dan mengandung maksud tertentu.
Jika dikaitkan antara homo simbolikum, bahasa dan simbol hal ini memiliki kesamaan dalam hal bahwa simbol adalah cara berkomunikasi antara sesama manusia yang kemudian dikenal dengan istilah bahasa. Kemudian karena manusia mampu berkomunikasi dengan menciptakan bahasa melalui kebudayaannya maka manusia disebut dengan Homo Simbolikum.
Bahasa sebagai wujud kebudayaan berupa benda yaitu berupa sebuah karya dan aktifitas, perbuatan sesama masyarakat. Dalam hal ini adalah bahasa terbagi dalam dua bagian yaitu bahasa dalam ragam lisan dan bahasa dalam ragam tulisan.
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Adapun ciri-ciri mengenai ragam bahasa lisan diantaranya :
·         Memerlukan kehadiran orang lain;
·         Unsur gramatikal tidak dinyatakan lengkap;
·         Terikat ruang dan waktu;
·         Dipengaruhi tinggi rendahnya suara.
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak  terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelelengkapan struktur sampai pada sasaran visual atau bahasa yang dihasilkan  dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Ciri-ciri mengenai ragam bahasa tulis diantaranya:
·         Tidak memerlukan orang lain;
·         Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
·         Tidak terikat ruang dan waktu;
·         Dipengaruhi tanda baca.
Dalam wujud kebudayaan berupa benda adalah fisik dan aktivitas, perbuatan dan karya sesama manusia, maka bahasa tulis dan tulisan adalah merupakan kesatuan dari wujud itu. Bahasa di dunia ini tidak hanya memiliki satu bahasa melainkan banyak bahasa suku maupun bangsa. Hal ini mensiratkan bahwa unsur bahasa memang berlaku namun dalam perkembangannya berbeda dipengaruhi berberapa faktor. Hal ini dapat kita lihat bahwa bahasa yang ada tadak hanya satu melainkan banyak, contoh bahasa inggris, bahasa indonesia, bahasa jawa, atau bahasa sunda.
Kemudian dalam hal fisik bahasa mencakup tulisan. tulisan terdiri dari beberapa huruf atau angka dengan kata lain memiliki simbol yang bermaksud tertentu, contoh tertentu seperti Prasasti yang merupakan sesuatu benda yang berupa contoh media tulisan.
2.3    Hubungan Budaya Dengan Perubahan Sosial
Bahasa adalah  bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi sesuai dengan fungsinya sebagai alat komunikasi. Koentjaraningrat mengatakan bahwa bahasa adalah sistem perlambang manusia yang lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Sebagai suatu sistem bahasa dan sistemasti, bahasa memiliki pola dan tidak acak. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, tentu memiliki bahasa untuk berkomunikasi. Bunyi – bunyi yang begitu beraneka ragam dan memiliki makna dalam wujud bahasa merupakan hasil dari akal budi manusia yang cerdas. Bahasa bisa mengacu pada kemampuan kognitif untuk belajar dan menggunakan sistem komunikasi yang kompleks atau untuk menjelaskan sekumpulan aturan yang membentuk sistem tersebut, atau sekumpulan aturan untuk membentuk sistem tersebut.
Budaya atau kebudayaan berasal dari kata buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai hal – hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Koentjaraningrat, merumuskan tujuh unsur kebudayaan universal yang merupakan intisari dari pendapat dari para sarjana antropologi yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem religi dan kesenian. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut menurut Koentjaraningrat dimiliki oleh semua bangsa di dunia. Tidak ada satupun bangsa – bangsa di dunia yang tidak memiliki ketujuh unsur kebudayaan tersebut.
Budaya sebagai sesuatu yang bersumber dari akal budi manusia dan bukan naluri tentu hanya dapat diwariskan dengan belajar. Budaya tidak diwariskan secara biologis seperti naluri manusia yang diantaranya rasa lapar, lelah, atau sifat – sifat hewani lainnya akan tetapi turut mempengaruhi kebudayaan. Pewarisan budaya melalui proses belajar ini tentu menggunakan bahasa sebagai media komunikasi dalam pewarisan budaya tersebut.  Dalam pewarisan budaya tentu terjadi proses interaksi menggunakan bahasa. Sebagaimana yang kita tahu, budaya dalam konteks tata karma diwariskan degan caa belajar dan pembiasaan seperti dalam keluarga menggunakan nasihat – nasihat. Pola hidup, adat istiadat, cara berpakaian dan unsur kebudayaan yang lainnya dapat disampaikan melalui bahasa.
Proses perubahan budaya, lebih lazim diakibatkan oleh kontak budaya dengan budaya asing. Masyarakat yang tertutup dan bahkan tidak memiliki kontak dengan kebudayaan asing kebudayaannya cenderung statis. Sebagai contoh masyarakat terpencil yang masih hidup primitive dan kontak dengan budaya luar kebudayaannya tidak banyak mengalami perubahan seperti suku–suku minoritas di wilayah Indonesia bagian timur. Berbeda dengan masyarakat di pusat populasi yang budayanya terus mengalami perubahan dikarenakan intensitas kontak dengan kebudayaan luar. Dalam kontak dengan kebudayaan inilah dibutuhkan bahasa sebagai media kontak budaya tersebut. Bahasa digunakan sebagai alat transfer budaya baik secara lisan maupun tertulis agar lebih mudah diamati bahkan diterapkan. Akan sangat sulit kontak budaya tanpa menggunakan bahasa sebagai media perantaranya. Tidak ada kontak budaya yang tidak menggunakan bahasa sebagai media perantara baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.4  Studi Kasus: Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia yang dipakai sekarang berasal dari bahasa melayu.bahasa tersebut sejak lama digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau bahasa pergaulan, tidak hanya digunakan di kepulauan Nusantara, tetapi digunakan diseluruh Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya prasasti-prasasti kuno yang ditulis dengan bahasa Melayu.
Secara resmi bahasa indonesia dikumandangkan pada peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Peresmian nama bahasa Indonesia tersebut bermakna politis sebab bahasa Indonesia dijadikan alat perjuangan oleh kaum nasionalis (yang sekaligus bertindak sebagai perencana bahasa) untuk mencapai negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Peresmian nama itu juga menunjukan bahwa sebelum peristiwa Sumpah Pemuda, nama bahasa Indonesia sudah ada. Fakta sejarah menunjukan bahwa tahun 1928 telah ada gerakan kebangsaan yang menggunakan nama “Indonesia” dan dengan sendirinya pada mereka telah ada suatu konsep tentang bahasa Indonesia.
Bahasa melayu sebagai salah satu bahasa di Kepulauan Nusantara sudah sejak lama digunakan sebagai bahasa perhubungan. Sejak abad ke-7 Masehi, bahasa Melayu atau lebih tepatnya bahasa Melayu kuno yang menjadi cikal bakalnya telah digunakan telah digunakan sebagai bahasa perhubungan di kerajaan Sriwijaya. Selain sebagai bahasa perhubungan, pada zaman itu bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, sebagai bahasa perdagangan, dan sebagai bahasa resmi kerajaan. Bukti-bukti sejarah seperti prasasti Kedukan Bukit di Palembang (684), prasasti Kota Kapur di Bangka Barat (686),  prasasti Karang Brahi antara Jambi dan sungai Musi (688) yang berisi prae-Nagari dan berbahasa Melayu kuno memperkuat dugaan tersebut. Selain itu, prasasti Gandasuli di Jawa tengah bertahun 632 juga berbahasa Melayu kuno menunjukan bahwa bahasa tersebut tidak saja dipakai di Pulau Sumatra, tetapi juga di Pulau Jawa.
Beberapa alasan yang mendorong dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa kebangsaan adalah sebagai berikut:
1.      Bahasa Indonesia merupakan lingua franca, yakni bahasa perhubungan antar etnis di Indonesia, mengingat penyebaran bahasa tersebut lewat sistem persekolahan dan dunia pers.
2.      Walaupun jumlah penutur aslinya tidak sebanyak penutur bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Madura, bahasa Melayu memiliki daerah penyebaran yang sangat luas yang melampaui batas-batas wilayah bahasa lain.
3.      Bahasa Melayu masih berkerabat dengan bahasa-bahasa Nusantara yang lain sehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing.
4.      Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sederhana sehingga relatif mudah dipelajari. Dalam bahasa Melayu tidak dikenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau Bali atau pembedaan pemakaian bahasa kasar, bahasa halus seperti dalam bahasa Sunda.
5.      Faktor psikologis, yaitu adanya kerelaan dan keinsafan dari penutur bahasa Jawa dan Sunda, serta penutur bahasa-bahasa lain, untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan (nasional) karena manfaat-manfaat yang bisa diperolehnya.
6.      Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk dapat dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.
Bahasa Indonesia berintikan bahasa Melayu. Namun, di dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak menerima pengaruh dari bahasa-bahasa daerah dan bahasa-bahasa asing. Di samping itu, bahasa Indonesia sendiri mengalami inovasi dan perkembangan kosakata dan strukturnya berdasarkan kreativitas para pemakainya sendiri. Dengan demikian, pada akhirnya bahasa Indonesia sekarang banyak mengalami perbedaan dengan bahasa asalnya: bahasa Melayu.
Masih ada beberapa alasan lain tentang pentingnya bahasa Indonesia menduduki tempat yang terkemuka di antara beratus-ratus bahasa di Nusantara. Penting tidaknya suatu bahasa dapat didasari patokan, antara lain:
1.      Jumlah penutur
Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, jumlah penuturnya tidak sebanyak penuttur bahasa Jawa atau bahasa Sunda. Akan tetapi, jika pada jumlah itu ditambahkan penutur dwibahasawanyang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau kedua, kedudukannya dalam deretan jumlah penutur berbagai bahasa di Indonesia ada dalam peringkat pertama.
2.      Luas penyebaran
Luas penyebaran jelas menempatkan bahasa Indonesia di baris depan. Sebagai bahasa setempat, bahasa itu dipakai orang di daerah pantai timur Sumatra, di Kepulauan Riau dan Bangka, serta di daerah pantai kali mantan. Sebagai bahasa kedua, pemencarannya dapat disaksikan dari ujung barat sampai ke ujung timur dan dari pucuk utara sampai ke batas selatan negeri ini.
3.      Peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap budaya
Hal ini menunjukan bahwa bahasa Indonesia telah menjadi satu-satunya wahana dalam penyampaian ilmu pengetahuan serta media untuk pengungkapan seni sastra dan budaya bagi semua warga Indonesia dengan latar belakang budaya serta bahasa daerah yang berbeda-beda.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (a) lambang kebanggaan Nasional, (b) lambang identitas nasional, (c) alat pemersatu masyarakat yang berbeda-beda latar belakang sosial budaya bahasanya, dan (d) sarana perhubungan antar budaya dan antardaerah.


BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Bahasa adalah  bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa sebagai salah satu unsur budaya tentunya memiliki hubungan dengan wujud budaya. Diantaranya bahasa dalam bentuk gagasan atau ide, prilaku atau tindakan berpola, dan benda-benda atau artefak. Selain itu, bahasa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan budaya pada masyarakat tertentu. Bahasa digunakan sebagai alat transfer budaya baik secara lisan maupun tertulis agar lebih mudah diamati bahkan diterapkan. Dengan demikian, bahasa sebagai unsur budaya memiliki peran yang penting dalam proses perkembangan kebudayaan yang terdapat di suatu masyarakat.
3.2    Kritik dan Saran
Suatu bangsa akan lebih mudah dalam mengembangkan teknologi dan kemajuan sosial-ekonomi, apabila mereka memiliki loyalitas terhadap bahasa yang menjadi identitas bangsanya. Maka, sebaiknya jika pendidikan tentang bahasa lokal atau nasional harus lebih di tingkatkan kualitas dan kuantitasnya, serta tanpa menghiraukan pengajaran khusus terhadap bahasa internasional agar masyarakat yang di bentuk memiliki keahlian dalam berkomunikasi dengan bangsa asing.


DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kosasih, E dan Wawan Hermawan. 2014. Bahasa Indonesia. Bandung: Thursina
Suhendar dan Supinah. 1993. Ilmu Budaya Dasar Suatu Studi & Aplikasi . Bandung: Pionir Jaya

0 komentar: